• Beranda
    • Berita Terbaru
  • Tentang
    • Tentang Kami
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Pengurus
    • Organisasi Affiliasi
  • Program
  • Pandangan
  • Dokumen
  • Kontak
  • Gallery
    • Beranda
      • Berita Terbaru
    • Tentang
      • Tentang Kami
      • Visi dan Misi
      • Struktur Organisasi
      • Pengurus
      • Organisasi Affiliasi
    • Program
    • Pandangan
    • Dokumen
    • Kontak
    • Gallery
  • info@gbn.or.id
  • 021-5739550
GERAKAN BHINNEKA NASIONALIS
GERAKAN BHINNEKA NASIONALIS
  • Beranda
    • Berita Terbaru
  • Tentang
    • Tentang Kami
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Pengurus
    • Organisasi Affiliasi
  • Program
  • Pandangan
  • Dokumen
  • Kontak
  • Gallery
021-5739550

Tentang Kami

GERAKAN BHINNEKA NASIONALIS > Tentang Kami

Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN) adalah sebuah wadah pergerakan kaum Nasionalis Indonesia yang sadar bahwa setiap kata yang tersurat dan tersirat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar ’45 merupakan pijakan dasar dari arah dan tujuan bangsa dan rakyat Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan 1945.

Kita kuat karena bersatu, Kita bersatu karena kuat. Mutiara kata warisan Bung Karno ini, merupakan pesan Bapak Proklamator bangsa kepada seluruh rakyat Indonesia. Pesan ini merupakan kata kunci yang mengantar semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA menjadi motto sekaligus etos kehidupan berbangsa dan bernegara seluruh warga masyarakat bangsa Indonesia. Dalam hal ini, keberagaman ras, suku,dan agama yang hidup dalam komunitas bangsa Indonesia, dimaknai sebagai kekuatan yang hidup dan tumbuh atas kehendak segenap warga bangsa yang sadar untuk senantiasa bersatu. Hanya dengan bersatu kita menjadi kuat, dan karena kita kuat maka bertahan untuk tetap bersatu merupakan keharusan, tekad, dan panggilan hidup bangsa Indonesia.

Lewat pijakan motto dan etos kehidupan ber Bhinneka Tunggal Ika ini, segenap anggota komunitas Gerakan Bhinneka Nasionalis Indonesia, wajib memikul tanggungjawab untuk mengerahkan segenap upaya agar setiap individu rakyat bangsa Indonesia menjadi kuat ekonomi, politik, sosial dan budaya yang terbebas dari segala bentuk penjajahan. Kewajiban ini didasari oleh ciri dan karakter Nasionalisme Indonesia yang keberpihakan kepada rakyat dilandasi sikap tegas anti segala bentuk penjajahan antar mannusia maupun antar bangsa. Terkandung di dalamnya sikap anti penindasan, pemiskinan, pembodohan, dan penghilangan hak-hak rakyat sebagai pemilik resmi dan pemegang kedaulatan tertinggi bangsa dan negara Republik Indonesia.

Tugas dan kewajiban memerdekakan rakyat Indonesia dari segala bentuk penjajahan, penindasan, pemiskinan, dan pembodohan ini lah yang diamanatkan oleh para pejuang pendiri bangsa kepada kaum Nasionalis Indonesia. Oleh karenanya Gerakan Bhinneka Nasionalis berkewajiban untuk membangunkan kesadaran rakyat akan bahaya Neo-kolonialisme dan Neo-imperialisme yang belakangan ini semakin gencar dan secara sistemik menghancurkan bangunan budaya bangsa Indonesia. Kenyataan ini ditandai dengan semakin hilangnya budaya Gotongroyong sebagai dasar dari bangunan budaya keseharian bangsa Indonesia. Tentunya keadaan demikian ini dilakukan secara sistemik dengan melakukan gerakan politik untuk menghancurkan tekad dan kesadaran rakyat bahwa semangat persatuan dan bersatunya rakyat melalui budaya Gotongroyong dalam semangat kekeluargaan merupakan kekuatan fundamental rakyat Indonesia yang sejati.

Bermodalkan amanat, tuntunan, dan arahan para pejuang pendiri bangsa yang berpijak panda Amanda’s penderitaan rakyat, maka Bung Karno lewat ajarannya yang dikenal sebagai Marhaenisme, GBN berkeyakinan bahwa Marhaenisme ajaran Bapak Proklamator ini lah merupakan pilihan yang tepat bagi bangsa Indonesia jika ingin bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Dalam kaitan ini, Marhaenisme ajaran Bung Karno tak lain adalah teori perjuangan yang lahir dari amanat penderitaan rakyat yang seharusnya oleh seluruh elemen bangsa Indonesia dijadikan Terri perjuangan rakyat Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan 1945. Oleh karenanya Gerakan Bhinneka Nasionalis lebih mengedepankan dan memilih patisari dan substansi Marhaenisme untuk dijadikan acuan, pegangan dan pijakan, ketimbang berkutat di seputar rumusan tentang MARHAENISME ajaran Bung Karno oleh mereka, baik individu, kelompok maupun golongan yang sejumlah rumusannya hanya mewakili kepentingan sendiri. Hal ini lah yang telah membuka peluang lahirnya tafsir dan rumusan menyesatkan tentang MARHAENISME yang sering diidentikan dengan Marxisme-Leninisme-Komunisme oleh musuh-musuh kaum Nasionalis Indonesia sejati pada kurun waktu tiga dekade pemerintahan Orde Baru. Dan bahkan celakanya, gerakan politik pembusukan ini masih juga berlanjut hingga sekarang. Untuk menyudahi kejahatan politik ini, Gerakan Bhinneka Nasionalis, mengajukan tawaran strategis dengan menempatkan Substansi Marhaenisme ajaran Bung Karno sebagai pintu gerbang untuk memahami dan mengamalkan MARHAENISME ajaran Bung Karno secara baik dan benar. Melalui pijakan pada substansi ini lah MARHAENISME sebagai teori perjuangan bagi seluruh elemen bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan 1945, dapat diurai dan diterjemahkan dalam gerakan sosial budaya, politik, ekonomi, dan ketahanan nasional yang selalu aktual dan komprehensif menjawab setiap masalah dan permasalahan hari ini maupun masa depan bangsa Indonesia.

Bagi Gerakan Bhinneka Nasionalis, substansi ajaran Bung Karno bertumpu pada tiga pilar utama, yakni; ajaran tentang KEMERDEKAAN, MERDEKA, dan MEMERDEKAKAN. Tiga pilar substansi Marhaenisme ini dirumuskan setelah mencermati, mengamati, mempelajari, serta melakukan perenungan panjang, berikut penghayatan terhadap realita dunia politik Indonesia secara dialektis-empiris. Rumusan ini pun tentunya tidak terlepas dari keberadaan bung Karno sebagai pejuang, proklamataor, budayawan, politisi, pemikir dan negarawan.

Dalam hidupnya sebagai manusia pemikir dan pejuang kemerdekaan bangsa, seorang Soekarno menempatkan KEMERDEKAAN (Pilar pertama) sebagai nilai paling tinggi dalam hidupnya setelah nilai iman dan ketaqwaannya kepada Allah swt. Halmana dengan sangat gamblang terbaca dalam pernyataan prinsip-falsafah hidupnya…,,Kami bangsa yang cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan!’’. Lewat pernyataannya ini, oleh Bung Karno KEMERDEKAAN diposisikan sebagai nilai yang jauh lebih tinggi dari nilai Cinta dan Damai. Baginya, apa lah artinya Cinta tanpa KEMERDEKAAN, dan damai itu ia yakini tak kan pernah ada tanpa hadirnya KEMERDEKAAN. Bagi Bung Karno, KEMERDEKAAN sebagai nilai merupakan segalanya. Itu lah yang membuatnya tetap teguh dan tegar hidup dalam pengasingan di penjara kaum kolonial. Kepada rakyat yang terjajah saat itu, oleh Bung Karno KEMERDEKAAN digambarkan sebagai jembatan emas menuju jalan membangun Indonesia yang adil makmur gemah ripah lohjinawi. Lewat nilai mulia dan luhur yang ditanamkan kepada rakyatnya ini lah akhirnya terbangun semangat rakyat yang melahirkan semboyan ‘’MERDEKA atauMATI..!!!”.

Selanjutnya Bung Karno mengajarkan pijakan dan arahan kepada rakyatnya sejumlah prasyarat bagaimana bisanya kita hidup MERDEKA sebagai bangsa dalam kehidupan antar bangsa-bangsa di dunia. Puncak dari ajaran Bung Karno tentang bagaimana hidup sebagai sebuah bangsa yang MERDEKA ini dirumuskan dalam pidatonya pada 17 gustus 1963 yang berjudul ‘Tahun vivere pericoloso’. Ajaran tentang persyaratan hidup MERDEKA sebagai bangsa ini, dikemas oleh Bung Karno dalam bingkai TRISAKTI; Berdaulat di bidang politik; Berdikari di bidang ekonomi; dan Berkepribadian dalam Kebudayaan. Tanpa melalui pintu TRISAKTI, pasti akan tertutup pintu bagi rakyat Indonesia untuk bisa hidup sebagai bangsa yang MERDEKA sepenuhnya. Hal mana, kebenarannya sangat kita rasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang belakangan ini sangat kuat dikendalikan oleh kekuatan oligarki sebagai komprador kaum kapitalis serakah penguasa dunia.

Pilar ketiga adalah ajaran yang merupakan amanat untuk melaksanakan tugas MEMERDEKAKAN. Untuk menguatkan pilar ketiga substansi ajaran Bung Karno ini, Indonesia sebagai bangsa yang baru saja meraih kemerdekaannya, menghadirkan Konferensi Bandung di tahun 1955, yang dengan hadirnya peristiwa besar ini sejumlah negara terjajah di belahan bumi Asia, Afrika, dan Amerika Latin, lahir sebagai negara merdeka atas kobaran semangat Bandung yang dicanangkan oleh Bung Karno dalam upaya mengejawantahkan pilar ketiga ajaran nya MEMERDEKAKAN DALAM langkah dan tindakan politik yang konkrit dengan hasil nyata. Naka kepada kaum Marhaenis, warga Marhaen yang sudah berhasil keluar dari jeratan pemiskinan dan kemiskinan, yang belakangan dikenal sebagai masyarakat kelas menengah yang mampu, dibebani kewajiban dan tanggungjawab untuk memerdekakan kaum Marhaen, rakyat Jelata, kaum Jembel, kaum Mustad afin, dan kaum miskin kota dan desa, dari belenggu kemiskinan dan pemiskinan yang dilakukan secara sistemik oleh kaum kapitalis serakah, para oligark, dan sekelompok penguasa korup.

Dengan demikian, menerima substansi Marhaenisme: KEMERDEKAAN, MERDEKA, dan MEMERDEKAKAN; yang dilakukan dengan pikiran jernih dan hati bersih, pasti lah akan terbangun kesadaran bahwa sesungguhnya MARHAENISME bukan miliki sekelompok, segolongan, atau satu aliran politik tertentu semata. Sebagai sebuah teori perjuangan mewujudkan cita-cita kemerdekaan 1945 yang berdasar pada nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup, dalam ranah pemikmiran dan penyikapan Gerakan Bhinneka Nasionalis, MARHAENISME seharusnyalah menjadi milik semua golongan, lapisan masyarakat, dan seluruh elemen bangsa. Ya masyarakat sipilnya, militernya, buruh, tani, nelayan, pegawai negeri-swasta, para guru, santri, pendeta, kiyai, biksu, pedande, tua, muda, Islam, Hindu, Budha, Kristiani, kongfucu, penganut kepercayaan, semua ras, suku yang berbhinneka dan eksis nyata dan ada hidup berdampingan di negeri merdeka Indonesia.

GERAKAN BHINNEKA NASIONALIS
Kami lahir dari kesadaran bahwa politik adalah sebuah tugas mulia untuk mewujudkan kebahagiaan bagi semua orang

Would you like to know more?

Contact Info

  • Jl. Penjernihan I No.50 DKI Jakarta
  • 021-5739550
  • redaksi@gbn.or.id

Latest Posts

Wacana Penundaan Pemilu, Wapres: Mandat yang Diberikan Hanya sampai 2024 2022-03-24
Jubir Luhut Sentil LBH Muhammadiyah soal Janggal Kasus Haris Azhar 2022-03-24
Ade Armando Pimpin Organisasi Baru PIS, Tak Berniat Jadi Parpol 2022-03-24

© Copyright 2022 GBN. All Rights Reserved.